My Teritory

Kamis, 16 Agustus 2018

Nostalgia Iman, Cinta, dan Ilmu Antara Hijaz dan Nusantara

Ilustrasi Ka'bah, oleh Ali Bey, 1803. (Sumber: Laman Facebook Ottoman Imperial Archive)

Semenjak Islam mulai tegak di atas Bumi pada abad ke-7 M, tanah Arab, khususnya daerah Hijaz, mempunyai keistimewaan tersendiri. Di dalam Hijaz inilah terdapat dua kota yang suci dan disucikan oleh kaum Muslimin, yakni Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. 

Kota Makkah adalah kota di mana Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dilahirkan, dibesarkan, kemudian mendapat wahyu al-Qur’an dan disebarkan di tengah manusia. Selain itu, kota Makkah juga dijadikan oleh Allah sebagai kota di mana penyelenggaraan ibadah haji dan umrah berlangsung, dengan Masjid al-Haram dan bangunan Ka’bah sebagai poros utamanya. Sebagai kewajiban utama yang ditetapkan secara mutlak oleh agama untuk berkunjung kepadanya, maka tak pernah sepi-lah kota itu dari kunjungan kaum Muslimin yang datang dari berbagai negara dan bangsa.

Sementara kota Madinah adalah kota tempat Nabi menerima dukungan politik (nushrah) dari suku-suku setempat untuk menjadikan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai kepala negara sehingga Nabi dapat menerapkan syariat Islam di sana. Di Madinah pulalah Nabi dimakamkan, kemudian kepemimpinan politik setelah Nabi (Khilafah) diteruskan oleh para Sahabatnya ridwanullahu alaihim. Di samping menjadi pusat politik Islam yang darinya Islam menyebar sampai keluar dari batas Jazirah Arab, Madinah juga menjadi tempat tinggal para Sahabat dan generasi-generasi setelahnya untuk mengajar dan belajar ilmu-ilmu agama. Jadilah kota Madinah sebagai poros ilmu selama berabad-abad.