Khalifah Harun ar-Rasyid sedang menerima utusan dari Charlemagne, raja bangsa Frank, Prancis. (lukisan oleh Julius Köckert [1827–1918]) |
Baghdad, 802
The most powerfull state on the
world. Itulah Khilafah
Bani Abbasiyah ketika dipimpin Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809). Kekuatan kaum
Muslim benar-benar gemilang dibawah kepemimpinan beliau. Sampai-sampai
negara-negara lain di seluruh penjuru dunia pun tunduk, segan, dan menaruh
hormat yang tinggi kepada Khilafah, termasuk Imperium Romawi.
Irene of Athens, Ratu Romawi Byzantium |
Saat itu, Romawi dipimpin oleh
seorang Ratu yang bernama Irene of Athens (752-803). Suatu hari, Khalifah
Harun ar-Rasyid melancarkan sebuah jihad untuk menaklukkan Romawi agar hambatan
dakwah disana bisa menghilang. Berlangsunglah pertempuran yang seru di
Anatolia, Turki. Kekuatan kaum Muslim yang luar biasa ini pun akhirnya dapat
mengalahkan pasukan Romawi. Setelah itu, Ratu Irene meminta damai dan
memutuskan untuk membayar Jizyah (pajak) sebanyak 70.000-90.000 dinar setiap tahun kepada
Khilafah. Ratu Irene tetap setia membayar Jizyah setahun sekali sampai ia
wafat.
Ketika Ratu Irene wafat pada 802,
maka tahkta kedudukan Kaisar Romawi Byzantium digantikan oleh Nikephoros I. Ia
merasa percaya diri karena didukung berbagai pihak. Akhirnya dengan jumawa ia nekat
untuk mengirimkan surat kepada Khalifah Harun ar-Rasyid agar mengembalikan
harta Jizyah yang sudah diberikan Ratu Irene sebelumnya. Ia menulis;
Dari
Nikephoros Kaisar Romawi
Untuk
Raja Arab
Sesungguhnya
ratu sebelum saya
memposisikan anda sebagai raja (dalam catur) dan memposisikan dirinya sebagai
prajurit, maka ia pun mengirimkan kepada anda hartanya dalam jumlah banyak. Itu
dikarenakan kelemahan dan kebodohannya sebagai wanita.
Jika
anda telah membaca suratku ini, maka kembalikan semua hartanya yang telah anda
terima dan tebuslah dirimu. Kalau tidak, pedang di antara kami dan anda.
Sampailah surat tersebut di tangan
Sang Khalifah. Ketika selesai membaca surat itu, betapa merah muka beliau karena
amarah. Bagaimana tidak, surat itu tidak lain adalah sebuah penghinaan dan
penginjak-injakan harga diri Islam dan kaum Muslim. Khalifah Harun lantas
menulis surat balasan yang singkat untuk Nikephoros;
Bismillahirrahmanirrahim
Dari
Harun ar-Rasyid, Amirul Mu’minin
Untuk
Nikephoros, anjing Romawi
Aku
telah membaca suratmu, hai anak wanita kafir. Jawaban saya adalah apa yang akan
anda lihat bukan apa yang anda dengar.
“Jawaban saya
adalah apa yang akan anda lihat bukan apa yang anda dengar”, kalimat itu
benar-benar direalisasikan oleh Khalifah Harun, yaitu dengan dikirimnya surat tersebut
kepada Nikephoros I disertai ‘paket bonus’, yaitu ratusan ribu pasukan Muslim
yang siap mati untuk berjihad di jalan Allah memerangi Romawi.
Pecahlah pertempuran di Krasos,
Turki. Hasil peperangan benar-benar membuat malu Nikephoros. Pasukannya kalah
telak di hadapan pasukan Muslimin. Akhirnya, Nikephoros meminta damai kepada
Khalifah Harun ar-Rasyid dan ‘menjilat ludahnya sendiri’ dengan bersedia
membayar jizyah tahunan yang lebih besar dibanding Ratu Irene sebelumnya, yakni
sebesar 300.000 dinar.
Disaat kaum Muslim masih memegang
teguh syariat Islam, menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman dalam
segala aspek termasuk dalam hal negara dan politik luar negeri, maka inilah
hasilnya. Harga diri Islam dan kaum Muslim benar-benar menjadi sangat tinggi. Negara-negara
lain tidak berani untuk mengganggu kehidupan kaum Muslim. Disamping ada
pemimpin yang kuat, sistem negaranya pun juga kuat. Kehormatan, kekuatan, harga
diri, pengakuan, dan kemuliaan benar-benar dirasakan oleh kaum Muslim dibawah
naungan the most powerfull state on the world, Khilafah.
1.214 tahun kemudian..
Jakarta, 2016
Ada banyak sikap rakyat negara yang penganut Islamnya paling banyak di muka bumi ini, Indonesia, kepada pemimpin
yang baru saja dipilihnya dua tahun lalu. Ada yang menggerutu, memaki-maki, dan
meremehkannya. Ada juga yang ‘sabar’ sambil mengelus-elus dada, bahkan ada juga
yang tetap ‘setia’ mendukung pemimpin hasil pemilihan ‘vox populi vox dei’
(suara rakyat suara tuhan) saat ini. Namun, tidak bisa dipungkiri, pasti, pasti
mereka semuanya dalam lubuk hati yang paling dalam merasakan rasa yang sama:
menyesal.
Dulu, janjinya begitu manis seperti
madu. Namun sebagaimana alur-alur pemimpin sebelumnya, janji-janji itu hilang
ditelan bumi. Seperti beberapa janji dibawah ini:
1. Janji : Tolak
utang luar negeri
Fakta : Tambah utang luar negeri
451,8 trilyun
2. Janji : Tak
bakal hapus subsidi BBM
Fakta : Cabut subsidi BBM
3. Janji : Tak
berada di bawah bayangan Megawati
Fakta : Tunduk pada kepentingan
Megawati
4. Janji : Tidak
bagi-bagi kursi ke pendukung
Fakta : Semua pendukung diberi jatah
kursi dan jabatan
5. Janji : Menurunkan
harga sembako
Fakta : Harga sembako justru
melonjak
6. Janji :
Memperkuat KPK
Fakta : Melemahkan KPK
7. Janji :
Mendukung kemerdekaan Palestina
Fakta : Menolak pendirian kantor
cabang Hamas,
kelompok garda terdepan pejuang Palestina, di Indonesia
8. Janji : Menghentikan
impor daging
Fakta : Impor daging terus dibuka
9. Janji :
Menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu
Fakta : Diabaikan
Mungkin itu hanya sebagian kecil
dari hal-hal yang tidak ditepati Bapak Presiden. Namun yang paling membuat geram
adalah ketidakberdayaan beliau dihadapan kekuatan-kekuatan asing, baik dari
Barat maupun Timur.
Dari Barat, siapa lagi dedengkotnya
kalau bukan Amerika. Negara adidaya yang menganggap dirinya sendiri sebagai ‘police
of the world’ ini benar-benar ingin meluaskan hegemoninya ke seluruh dunia.
William Blum dalam bukunya, America’s Deadliest Export; Democracy,
menyebutkan angka-angka, bahwa Amerika telah:
· Berupaya keras untuk menggulingkan lebih dari
50 pemerintahan di luar negeri yang dipilih secara demokratis.
·
Secara kotor, ikut campur tangan dalam pemilu
di lebih dari 30 negara.
·
Mencoba membunuh lebih dari 50 orang pemimpin
negara-negara asing.
· Mengebom penduduk di lebih dari 30 negara. (ßteroris kuadrat!)
·
Mencoba untuk menekan gerakan rakyat di 20
negara.
Begitu pula yang Amerika lakukan
kepada Indonesia, bahkan sejak era Soeharto. Sang Proklamator, Soekarno, yang akan
melakukan nasionalisasi semua perusahaan asing di Indonesia membuat Amerika
sebal, maka dinaikkanlah Soeharto sebagai pelayan setia Amerika. Dibawah
Soeharto, berbagai UU yang pro-asing (khususnya Amerika) dibuat. Freeport,
Chevron, dan perusahaan-perusahaan raksasa lainnya diberi keleluasaan untuk
merampok hasil bumi Nusantara.
Setelah Soeharto selesai berkuasa,
naiklah Habibie, teknokrat kesayangan Soeharto yang punya pemikiran ke depan. Namun
lagi-lagi, proyek-proyek berteknologi tinggi beliau dijegal ditengah jalan. Setelah
Habibie, naiklah seorang Kyai untuk menduduki singgasana kepresidenan,
Abdurrahman Wahid. Namun, pemerintahannya tak berlangsung lama. Beliau terkena
skandal Bulog sehingga di-impeachment oleh DPR.
Setelah itu, berkuasalah Megawati
binti Soekarno dan pemimpin setelahnya yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Di masa
mereka berdua, lahirlah banyak UU yang sangat liberal. UU Sumber Daya Air, UU
Migas, UU Kelistrikan, UU Penanaman Modal, dll. UU Anti Terorisme juga terbit
dimana UU itu sejalan dengan prinsip War On Terrorism ala Amerika yang
tak lain adalah War On Islam.
Indonesia President's |
Bahkan sebelum Bapak Jokowi menjadi
Presiden dan masih menjabat sebagai Gubernur Jakarta, Bapak Jokowi meingizinkan
kedubes Amerika untuk mendirikan kantor gedungnya di Jakarta, dan gedung itu
menjadi kantor kedubes Amerika terbesar
ketiga di dunia. Kita patut curiga, apa yang orang-orang asing itu lakukan di dalam gedung sebesar itu? Amerika adalah negara licik, besar kemungkinan mereka melakukan penyadapan besar-besar terhadap para pejabat negeri ini, seperti yang terjadi di era SBY.
Itu dari Barat, belum lagi dari
Timur, yang tidak lain tidak bukan adalah Cina. Pencaplokkan Negeri Panda itu
atas Indonesia sangat kentara, terutama dalam proyek Cina dalam pembuatan kereta cepat
Jakarta-Bandung. Jepang yang punya teknologi lebih ajib dari Cina pun kalah. Dengan
‘penuh tawakal’, proyek ganjil bernilai 5,5 milyar dollar (Rp. 72 trilyun) itu
langsung diresmikan oleh Bapak Presiden pada 21 Januari 2016. Kenapa proyek itu ganjil?
· Proyek itu belum memiliki izin usaha, izin
konsensi, dan izin pembangunan. Diakui langsung oleh Direktur Utama PT. Kereta
Cepat Indonesia Cina, Hanggoro Budi Wiryawan.
· Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang
biasanya perlu dikaji beberapa tahun, keluar dalam waktu yang sangat fantastis,
tiga hari!
· Desain proyek baru selesai sepanjang lima
kilometer. Padahal jarak Jakarta-Bandung 150 km.
· Dan sebagainya.
Walaupun persiapan pembangunan proyek itu aneh, tapi Bapak Presiden tanpa ba-bi-bu langsung merestui proyek yang dikerjakan Cina itu. Mengapa? Penyerahan pengurusan infrastruktur
ke Cina itu ujung-ujungnya akan berdampak pada penguasaan ekonomi Cina atas
Indonesia. Itu dari segi ekonomi, lantas bagaimana dengan politik? Inilah Ahok, dimana aksi-aksinya yang
dipoles media berhasil menyihir masyarakat ramai. Si kafir ini pun
digadang-gadang akan kembali menjadi orang nomor 1 di Ibukota.
Ahok |
Bukan berarti saya rasis, namun ini
adalah kewaspadaan akan berkembangnya keburukan dan ketidakadilan yang
disebabkan oleh kapitalisme Timur ini. Selain daripada semua itu, mengangkat
orang kafir sebagai pemimpin rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim adalah
haram dan dicela oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalilnya jelas:
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah." (Q.S. an-Nisaa': 138-139)
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah." (Q.S. an-Nisaa': 138-139)
Melihat kenyataan-kenyataan yang
menyedihkan tersebut, dimana Indonesia dicengkram asing dimana-mana, rasanya
jauh untuk merasakan Indonesia sebagai the most powerfull state on the
world. Rasanya terlampau jauh jika membandingkan Indonesia sekarang dengan
Khilafah ribuan tahun lalu. Dahulu, Khilafah begitu berdaulat, sampai-sampai
Romawi keder dan segan kepadanya. Namun sekarang, Indonesia hilang
kedaulatannya dihadapan Amerika yang punya nama lain The New Rome, begitu
juga di hadapan Cina.
Apa yang membuat Indonesia tahun 2016
berbeda drastis dengan Khilafah tahun 802? Bukankah mereka sama-sama Muslim? Bukankah
al-Qur’an yang dibaca tidak pernah berubah satu huruf pun? Bukankah al-Qur’an dari
dulu jumlahnya tetap 6.236 ayat? Bukankah saat ini masih banyak kaum Muslimin
yang taat beragama?
Ah, iya. Ternyata terlihat sekali
perbedaannya. Bukankah Khilafah dahulu menggunakan al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai hukum negara yang tertinggi, bukan yang lain? Kebanyakan orang sekarang
begitu sibuk mencari pemimpin yang amanah, tapi lupa memikirkan sistem yang
amanah. Apakah kita puas dan tidak bosan selama 70 tahun berturut-turut
senantiasa memakai sistem demokrasi yang dikatakan sebagai sistem yang masih
dalam tahap ‘trial and error’? Bukankah dulu Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam pernah bersabda, “Seorang Mukmin tidak akan jatuh ke lubang yang
sama dua kali”?
Bilamana Bapak Jokowi bersedia
menjalankan syariat Islam dan menegakkan Khilafah, pasti Indonesia akan bangkit
dalam artian yang hakiki dan menjadikan NKRI ini sebagai the most powerfull
state on the world. Mungkin saja suatu hari nanti, ketika sudah menjadikan
Islam sebagai sistem di segala aspek, Bapak Jokowi punya keberanian untuk
menggertak Obama atau siapapun penggantinya nanti dengan menyebut mereka sebagai anjing
Amerika?
Akhukum, Nicko Pandawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar